Wisata Legenda Pulau Kemaro Palembang



Pulau Kemaro Palembang. Foto: IST
Pulau Kemaro Palembang. Foto: IST

Kota Palembang sebagai ibukota provinsi Sumatera Selatan selalu menggoda wisatawan untuk berkunjung.

Pembangunan infrastruktur dan fasilitas yang baik, membuat kota pempek ini menjadi salah satu tempat tujuan terfavorit di Sumatera.

Tidak itu saja, Palembang juga menawarkan sejuta pesona wisata yang menarik untuk dikunjungi. Salah satunya, jika berkesempatan liburan ke Palembang, jangan lupa singgah ke Pulau Kemaro, karena pulau yang satu ini memiliki cerita unik dan keistimewaan yang sangat melegenda.

Pulau Kemaro yang berada di tengah Sungai Musi, belakangan menjadi buah bibir dan menarik minat wisatawan baik lokal, wisatawan luar provinsi bahkan dari mancanegara. Pulau ini cukup unik karena terbentuk dari proses alam di Sungai Musi berpuluh tahun lampau, di mana tanah dan lumpur yang terbawa aliran Sungai Musi akhirnya berkumpul dimuara sungai dan membentuk Pulau Kemaro tepat di titik pertemuan antara sungai dan laut 

Untuk menuju ke sana, wisatawan harus naik perahu dan membelah Sungai Musi. Sepanjang perjalanan Anda akan disuguhi dengan rumah-rumah terapung dan kehidupan masyarakat Palembang yang tinggal di sepanjang sungai.

Menurut penduduk tepian Sungai Musi pulau ini tidak pernah tenggelam ataupun terendam air meskipun dalam kondisi Sungai Musi yang pasang sekalipun.

Seperti dittulis di laman_https://ksmtour. com/informasi/tempat-wisata/, sesampai di Pulau Kemaro, nuansa pecinan terlihat jelas dari bangunan yang ada. Di pulau ini memang terdapat kelenteng yang masih digunakan, khususnya ketika Cap Go Meh.

Sebagian besar warga Palembang keturunan Tionghoa akan sembahyang di kelenteng ini. Kelenteng yang terletak di tengah pulau dan berdiri gagah merupakan bukti bahwa budaya Tionghoa tumbuh dan berkembang di Palembang.

Di depan klenteng yang didirikan sejak tahun 1962 di Pulau Kemaro terdapat makam Tan Bun An (Pangeran) dan Siti Fatimah (Putri) yang berdampingan. Kisah cinta mereka berdualah yang menjadi legenda terbentuknya pulau ini.

Sebuah pohon tumbuh di dekat makam sepasang kekasih ini, dan masyarakat setempat percaya kalo siapapun yang berhasil mengukir namanya dan kekasihnya di pohon yang juga dipercaya sebagai Pohon Cinta itu akan menjadi suami istri dan langgeng sampai tua. Untuk menjaga kelestarian pohon tersebut dari coretan-coretan pengunjung maka lokasi pohon tersebut sekarang dipagari.

Setelah melewati pintu gerbang yang syarat ornamen China, Anda akan menemui batu (prasasti) buatan yang bercerita tentang asal usul Pulau Kemaro.

Pulau Kemaro terletak di kawasan Sungai Musi dan bisa ditempuh dalam waktu 20 menit dari Dermaga Benteng Kuto Besak. Pulau ini tidak terlalu besar karena luasnya kurang lebih hanya 30 hektar dan dihuni ratusan orang saja. Namun, Pulau Kemaro tidak pernah sepi karena selalu dipadati oleh wisatawan.

Mengutip dari laman https://www. batiqa.com, salah satu daya tarik Pulau Kemaro pada bangunan Pagoda di bagian tengah pulau. Arsitektur pagoda tersebut sangat mirip dengan pagoda ala negeri tirai bambu. Sisisisi dinding pagoda sembilan lantai ini menggambarkan legenda Pulau Kemaro.

Bagian atas pagoda terdiri atas tempat ibadah umat Buddha yang sering digunakan masyarakat etnis Tionghoa sehingga tak mengherankan bila pagoda ini ramai dikunjungi menjelang hari raya Imlek atau hari raya Buddha lainnya. Bahkan, beberapa ruangan di dalam pagoda juga sering digunakan para peserta festival Imlek untuk menginap.

Tepat di samping pagoda, ada klenteng Hok Tjing Bio yang lebih popular disebut klenteng Kwan Im. Di depan klenteng yang dibangun tahun 1962 ini terdapat makam Tan Bun An, Siti Fatimah, dan pengawalnya yang dipercaya sebagai asal usul terbentuknya Pulau Kemaro.

Legenda Pulau Kemaro

Kisah Pulau Kemaro dipercaya berasal dari legenda cinta seorang saudagar Tiongkok dan putri asli Palembang. Sang saudagar asal Tiongkok bernama Tan Bun An jatuh cinta kepada Siti Fatimah. Tan Bun An lalu memboyong sang pujaan hati ke Tiongkok untuk meminta restu dari orang tuanya. Setelah merestui pernikahan sang anak, orang tua Tan Bun An lalu memberikan hadiah berupa tujuh guci besar kepada sang anak dan menantu.

Tan Bun An dan Siti Fatimah lalu berlayar pulang ke Palembang dengan membawa guci-guci pemberian orang tuanya.

Saat masih berada di tengah Sungai Musi, Tan BunAn penasaran dengan isi guci-guci itulalu membukanya. Maka terkejutlah Tan Bun An melihat guci berisi sawisawi asin.

Hal tersebut membuat Tan Bun An marah dan melemparkan guci-guci itu ke Sungai Musi. Ketika hendak melempar guci ketujuh, tanpa sengaja guci tersebut jatuh dan pecah di perahu. Ternyata guci pecah itu berisi harta benda yang permukaannya ditutupi sawi-sawi asin. Tan Bun An yang sudah membuang enam guci lantas menyesali perbuatannya.

Tanpa pikir panjang, Tan Bun An segera melompat ke air untuk mengambil kembali guci-gucinya. Melihat hal tersebut, sang pengawal pun ikut terjun untuk membantu majikannya. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Tan Bun An dan pengawalnya tak kunjung muncul ke permukaan sungai sehingga membuat Siti Fatimah panik.

Hingga akhirnya Siti Fatimah memutuskan untuk lompat ke air dan mengalami nasib yang sama dengan Tan Bun An serta pengawalnya.

Beberapa waktu kemudian, munculah pulau kecil di tempat Tan Bun An dan Siti Fatimah terjun ke Sungai Musi. Pulau tersebut dinamai Kemaro yang artinya kemarau karena tidak pernah terendam air meskipun arus gelombang Sungai Musi sedang tinggi.

Kisah asal usul inilah yang juga menarik keingintahuan para wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Kemaro dan berziarah ke makam Tan Bun An serta Siti Fatimah. Keistimewaan Pulau Kemaro tentu membuat wisatawan tertarik untuk berkunjung dan menyaksikan keunikannya secara langsung.

Lokasi Pulau

Untuk menuju pulau ini tidaklah erlalu sulit. Dari Bandara Internasional Palembang Sultan Mahmud Badaruddin II wisatawan bisa naik taksi atau mobil sewaan ke Sungai Musi dengan jarak sekitar 6 km. Atau bisa juga dengan naik bus jurusan Ampera di pusat Kota Palembang.

Sampai di Sungai Musi Anda bisa pilih, mau naik perahu tongkang ukuran besar, perahu ketek ukuran sedang, atau perahu kecil yang disebut speedboat untuk menyeberang ke Pulau Kemaro.

Jika bersama rombongan besar lebih mungkin bisa menyewa perahu tongkang. Untuk biaya sewanya berkisar Rp 1,5 – 2 juta. Jika rombongan kecil kurang dari 10 orang bisa menyewa perahu ketek ukuran sedang dengan harga berkisar Rp 300 – 400 ribu. 


sumber artikel : https://investor.id/business/279561/wisata-legenda-pulau-kemaro-palembang